UA-13231228-1

Indonesia

709 bahasa di Nusantara tiada kata Indonesia di dalamnya

Nama negara bukanlah sekedar nama organisasi apalagi nama benda.  Nama negara harus mencerminkan kualitas dan kebesaran negara. Kualitas dan kebesaran negara dalam nama dapat dilihat dari bahasa apa nama tersebut berasal (apakah dari bahasa bangsa itu sendiri atau bahasa asing) dan struktur 33 parameter nama negara dalam Manutiras.

Nama Indonesia

Nama Repoeblik Indonesia

Kata Indonesia berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu Indus yang merujuk kepada sungai Indus (di India) dan nêsos yang berarti pulau.  Jadi, kata Indonesia berarti Kepulauan India.

Kata Indonesia untuk pertama kali dimunculkan oleh James Richardson Logan dalam Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA) Volume IV, tahun 1850, halaman 252-347, dengan judul artikel The Ethnology of the Indian Archipelago (“Etnologi dari Kepulauan Hindia").  Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan tanah air kita, sebab istilah Indian Archipelago (“Kepulauan Hindia") terlalu panjang dan membingungkan.

Kata Indonesia dibuat oleh orang asing dan menggunakan bahasa asing.  Kata Indonesia bukan berasal dari bahasa asli yang ada di Kepulauan Hindia.

Dalam masa penjajahan Belanda, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 dalam novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkungan akademik di luar Belanda, dan golongan nasionalis mulai menggunakan kata Indonesia untuk ekspresi politik.  Pelajar Jawa pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers Bureau pada tahun 1913.  Partai pertama yang menggunakan kata Indonesia adalah Partai Komunis Indonesia pada tahun 1924.

Lebih dari 700 bahasa terdapat di Kepulauan Hindia

Semua bahasa di dunia saling berkaitan satu sama lain.  Hal ini dengan mudah dilihat dari kesamaan kosa kata dalam bahasa-bahasa yang ada.  Semakin banyak kesamaan maka dengan mudah dijadikan satu kelompok bahasa.

Bahasa tertua (sekitar 13.000 SM) adalah bahasa Vedic dan Sanskerta.  Pada awalnya belum mengenal tulisan.  Naskah tertulis tertua adalah naskah Saendhavii (sekitar 6.000 – 5.000 SM). (Shrii Shrii Anandamurti. 1983. Varńa Vijinána.)

Lebih dari 700 bahasa terdapat di Kepulauan Hindia. Sebagian besar adalah bahasa dalam kelompok bahasa Austranesia (Auster dalam bahasa Latin yang berarti angin selatan dan nêsos dalam bahasa Yunani yang berarti pulau).

Dalam kelompok bahasa Austranesia sendiri terdapat 1.257 bahasa. Tiga bahasa yang paling banyak digunakan adalah bahasa Melayu (Indonesia dan Malaysia), bahasa Jawa dan bahasa Tagalog.  Bahasa yang digunakan sebagai lingua franca antar bangsa di Kepulauan Hindia adalah bahasa Melayu.

Lingua franca di Kepulauan Hindia adalah bahasa Melayu

Bahasa Melayu sebagai lingua franca antar bangsa di Kepulauan Hindia menunjukkan bahasa ini digunakan oleh hampir seluruh orang di Kepulauan Hindia.  Bahasa Melayu bukanlah hanya sekedar bahasa artifisial.  Hal ini dengan sederhana menjelaskan mengapa bahasa Melayu kemudian menjadi bahasa nasional di negara yang baru berdiri pada tahun 1945 dengan nama Indonesia.

Adalah satu hal yang sangat tidak sesuai dengan bahasa Melayu sebagai lingua franca dan kemudian berkembang menjadi bahasa nasional, negara ini menggunakan nama Indonesia (yang berasal dari bahasa Yunani) sebagai nama negara, nama tanah air dan nama bangsa. Bahkan juga menamakan varian bahasa Melayu yang berkembang khas di Kepulauan Hindia menjadi bahasa Indonesia.

Adalah lebih wajar menggunakan satu kata dalam bahasa Jawa (sebagai bahasa kedua terbanyak yang digunakan dalam kelompok bahasa Austranesia) menjadi nama negara daripada menggunakan kata Indonesia yang berasal dari bahasa Yunani.

Tentu akan lebih baik lagi menggunakan kata yang diambil dari bahasa Sanskerta (induk bahasa dari kelompok bahasa Austranesia)  sebagai nama negara agar seluruh suku bangsa berdiri sama tinggi sebagai satu bangsa dalam satu negara kesatuan.

Nama-nama pulau di negara ini pun berasal dari bahasa Sanskerta, bukan dari bahasa Yunani.  Sumatera dari kata Sumatra (Sanskerta: hasil bumi terbaik).  Jawa dari kata Yava (Sanskerta: padi).  Madura dari kata Madhura (Sanskerta: manis).  Kalimantan dari kata Kalamanthana (Sanskerta, Kala: waktu, Manthana: cuaca panas), tentu ini menggambarkan panasnya siang hari di atas garis khatulistiwa.  Sulawesi dari kata Sula (Sanskerta: tombak) dan kata Wesi (Sanskerta: besi).  Bali dari kata Bali (Sanskerta: hadiah, persembahan).  Lombok dari kata Lambaka (Sanskerta: yang melengkapi).  Sumbawa dari kata Sambhava (Sanskerta: sumber).  Maluku dari kata Malika (Sanskerta: raja).  Papua dari kata Popuva (Sanskerta: memurnikan).

Mengapa kemudian nama negara menggunakan kata dari bahasa Yunani?

Dalam Nama Indonesia

Dalam nama Indonesia (Yunani: Kepulauan Hindia) diletakkan cita-cita bangsa untuk menjadi negara besar yang adil dan makmur sejahtera.  Makna kata Indonesia dapat menggambarkan apa yang menjadi cita-cita tersebut sebab Kepulauan Hindia adalah suatu wilayah yang luas dengan sumber daya alam yang luar biasa.

Sayangnya makna kata dan ideasi dalam kata tidak selalu sama dengan energi yang terdapat di dalam kata tersebut.

Dalam aplikasi Secret Codes Series – Country-Name (Arkand Series) berdasarkan pada Manutiras (Sanskerta: rahasia pikiran bekerja) kita dapat melihat baik nama Indonesia atau Repoeblik Indonesia berstruktur negatif dengan kode harani (menunjukkan bagaimana sesuatu berakhir baik pada fase pendek maupun fase panjang) 13 dan polaritas negatif satu yang terbentuk pada tahun 1949 yang menunjukkan runtuhnya Indonesia.

Nama Indonesia

Polaritas Nama Indonesia

Nama Repoeblik Indonesia

Polaritas Nama Repoeblik Indonesia

Kemudian berdirilah negara baru Repoeblik Indonesia Serikat dengan salah satu anggotanya adalah Repoeblik Indonesia yang sudah kehilangan banyak wilayah kedaulatan.  Negara ini pun runtuh pada tahun 1950 saat polaritas negatif satu terbentuk.

Nama Repoeblik Indonesia Serikat

Polaritas Nama Repoeblik Indonesia Serikat

Repoeblik Indonesia Serikat runtuh pada tahun 1950 dan berdirilah negara baru Repoeblik Indonesia pada 17 Agustus 1950 dengan pemikiran kembali ke negara Repoeblik Indonesia yang merdeka pada tahún 1945. Pada tahap ini, ada dua pola yang bekerja dalam pikiran kolektif. Kita akan melihat mana yang lebih dominan bersama waktu berjalan.

Nama Repoeblik Indonesia 1950

Nama Repoeblik Indonesia 1945

Pada tahun 1972 pemerintah Repoeblik Indonesia memutuskan suatu bentuk baru dalam penulisan bahasa Indonesia yang dinamai Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). Hal ini dengan pasti juga merubah struktur kata karena dalam tiga lapisan pikiran terluar (Conscious, Subconscious dan Supramental) juga bekerja dengan pola gambar atau bentuk.

Nama Republik Indonesia 1950

Nama Republik Indonesia 1945

Semua bentuk nama Indonesia di atas membentuk polaritas negatif satu. Memperhatikan apa yang sudah dan sedang terjadi maka dengan mudah diketahui bahwa nama Republik Indonesia dengan dasar waktu 17 Agustus 1945 lebih dominan dalam membentuk karakter dan kejadian. Dengan demikian perlu disikapi dengan bijak setiap peristiwa yang sedang dan akan terjadi sejak tahun 2014 menuju tahun 2020 (polaritas negatif satu) hingga tahun 2023. Pengamatan pada semua negara di dunia yang sudah runtuh selalu terjadi pada saat polaritas negatif satu terbentuk.

Indonesia dengan polaritas negatif satu

Nama Republik Indonesia 1950

Nama Republik Indonesia 1945

Struktur bangunan yang salah tidak dapat disikapi dengan berdoa dan berpikir positif. Struktur bangunan yang salah harus dibongkar dan diganti. Nama (Republik) Indonesia berstruktur negatif dan sudah terbukti runtuh pada 1949 dan 1950. Dalam nama ini juga terlihat potensi besar keruntuhan pada tahun 2020 saat polaritas negatif satu terbentuk. Untuk menghindarinya tentu harus mengganti struktur nama ini sebelum potensi kehancuran itu menjadi satu fakta kejadian nyata.

Tugas dan tanggung jawab generasi bangsa adalah mempertahankan segala hal positif yang sudah dicapai dan berusaha semakin berjaya dengan mengatasi semua hambatan yang ada dengan cerdas dan bijaksana berdasar pada budaya dan ilmu pengetahuan. Nama Indonesia sudah jelas tidak memiliki akar budaya di Kepulauan Hindia dan sudah jelas pula berstruktur negatif.
Adalah suatu hal yang sangat pantas untuk mengganti nama Indonesia dengan nama baru berdasar pada budaya dan ilmu pengetahuan.  Nama baru ini adalah Nusantara.

Nusantara (Sanskerta: kepulauan) adalah kata yang sudah sering digunakan sejak masa Kerajaan Majapahit.  Pada masa itu kata nusantara bukanlah berarti satu kerajaan besar melainkan satu kesatuan wilayah (seluas mungkin) di mana (sebanyak-banyaknya) kerajaan-kerajaan di dalamnya bersatu.  Jadi penggunaan kata nusantara pada saat itu bukanlah sebagai nama satu kerajaan melainkan hanya sebagai sebutan paham persatuan.

Nama Nusantara

Nama Nusantara dengan dasar waktu pada 17 Agustus 2019 berstruktur positif dengan polaritas positif satu dalam 33 parameter Secret Codes Series – Country-Name (Arkand Series) ada dalam rentang keberhasilan optimal.

Mengganti nama negara bukanlah mengganti ideologi dasar negara.  Mengganti nama negara hanyalah mengganti nama yang digunakan sebagai nama negara.

Anda peduli dengan masa depan Negara dan Bangsa kita?